Sungai Cidurian – Sendung Perlu Segera Dinormalisasi 

Img 20220730 Wa0007

Bogor | MMC, Jabar – Pasca banjir bandang yang pernah terjadi di aliran sungai Cidurian pada awal tahun 2020. Nyatanya masih saja menyimpan kesedihan yang amat mendalam.

 

Kesedihan kali ini datang dari Kelompok Tani Sangkuriang yang sering mengalami gagal panen akibat kekurangan pasokan air dari sungai Cidurian. Hal tersebut dikarenakan saluran air yang mengalir ke Bendungan Sendung tertutup bebatuan dan pasir.

 

Seperti dikatakan Ketua Kelompok Tani Sangkuriang Yudi Murnawan

sudah sering bergotong-royong

membuka sodetan agar air bisa mengalir ke Bendungan Sendung.

 

“Kita sih sudah sering sebenarnya, mungkin sudah 2 tahun, selama ini kita hanya perawatan saja, sempat ada bantuan dari UPT Jasinga dan

Yayasan Asefurohim menurunkan

alat berat berupa beko kecil, tetapi

belum maksimal sih,” kata Yudi kepada wartawan di lokasi, Sabtu (30/7/2022).

 

Selain itu, kegiatan gotong-royong ini dilakukan seminggu sekali secara swadaya dan dibantu oleh Desa dan Yayasan.

 

“Seminggu sekali, swadaya dari kelompok, kemudian kita dibantu dari Desa Setu sama Yayasan Asefurohim,” kata Yudi menambahkan.

 

Sementara Yudi meminta agar Bendungan Sendung segera dinormalisasi.

 

“Betul, Bendungan Sendung ini harus segera dinormalisasi karena bendungan irigasi ini mencakup 5 Desa dan 2 Kecamatan,” sebutnya.

 

Yudi menjelaskan, Desa Argapura masuk Kecamatan Cigudeg, sedangkan Desa Setu, Sipak, Jasinga dan Kalongsawah masuk Kecamatan Jasinga.

 

Lanjut Yudi, berdasarkan catatan yang ditulis oleh Belanda, Sendung ini mengalir 610 Hektar yang teraliri dari Sendung ini.

 

“Belanda menulisnya 610 Hektar yang teraliri dari Sendung ini, cuman baru lihat sekarang tuh ada sekitar 500 hektar lebih ya. Menurutnya, dari segi petani, jelas kita membutuhkan (air), kita sangat terganggu kalau tidak ada airnya,” jelasnya.

 

Kemudian dari mitigasi bencana pun kalau ini dibiarkan terus akan terjadi banjir bandang lagi, seperti tahun – tahuan sebelumnya itu.

 

Terakhir, Yudi menyampaikan berbicara kerugian, dirinya bersama dengan kelompok sering mengalami kerugian.

 

“Sering pak, sering, kalau kerugian nominal saya kurang begitu paham juga karena aga luas. Secara materi petani dirugikan,” kata Yudi mengakhiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *